Selasa, 29 April 2014

Horizon Tanah

4 komentar



Huruf kapital O, A, E, B, C, R merupakan simbol-simbol untuk  horizon utama dan lapisan utama tanah. Huruf-huruf kapital ini merupakan  simbol dasar, yang dapat diberi tambahan karakter-karakter lain untuk  melengkapi penamaan horizon dan lapisan. Horizon O adalah lapisan yang didominasi oleh bahan organik.  Sebagian jenuh air dalam periode yang lama, atau suatu ketika pernah jenuh  air, tetapi sekarang telah didrainase, sebagian yang lain tidak pernah mengalami jenuh air. Sebagian besar horizon O tersusun dari serasah segar  yang belum terdekomposisi atau sebagian telah terdekomposisi yang telah  tertimbun di permukaan. Serasah seperti ini dapat berada di atas permukaan tanah mineral atau tanah organik.
Keterangan :

A  : Horizon Organik
O  : Horizon pencampuran bahan organic  terhumifikasi dengan bahan mineral
E  : Horizon pencucian (eluviasi)
B  : Horizon penumpukan (iluviasi)
C  : Bahan induk
D  : Batuan induk

Horizon A adalah horizon mineral yang terbentuk pada permukaan  tanah atau di bawah suatu horizon O.  Horizon ini memperlihatkan  kehilangan seluruh atau sebagian besar struktur batuan asli dan menunjukkan  salah satu atau kedua sifat  berikut yaitu akumulasi bahan organik terhumifikasi yang bercampur sangat intensif dengan fraksi mineral, dan tidak  di dominasi oleh sifat-sifat yang merupakan karakteristik horizon E atau B.  sifat-sifat yang merupakan akibat dari pengolahan tanah, pengembalaan  ternak atau jenis-jenis gangguan lain yang serupa.
Horizon E adalah horizon mineral yang kenampakan utamanya  adalah kehilangan liat silikat, besi, alumunium atau beberapa kombinasi  senyawa-senyawa tersebut, meninggalkan suatu konsentrasi partikel-partikel  pasir dan debu. Horizon ini memperlihatkan lenyapnya seluruh atau sebagian  terbesar dari struktur batuan aslinya. Horizon E dibedakan dari horizon B di  bawahnya dalam sequm tanah sama , oleh warna dengan  value  lebih tinggi  atau  chrome  lebih rendah , atau kedunya, oleh tekstur yang lebih kasar atau  oleh suatu kombinasi dari sifat-sifat tersebut. 
Horizon B dalah horizon-horison yang terbentuk di bawah suatu  horizon A, E atau O. horizon-horison ini didominasi oleh lenyapnya seluruh  atau sebagian terbesar sari struktur batuan aslinya, dan memperlihatkan satu  atau lebih sifat-sifat seperti : Konsentrasi atau penimbunan secara aluvial dari  liat silikat, senyawa besi, senyawa alumunium, humus, senya wa karbonat,  gispsum, atau silika, secara mandiri atau dalam kombinasi.  Tanda-tanda atau  gejala  adanya  pemindahan atau penambahan  senyawa karbonat.  Konsentrasi oksidan-oksidan  secar residu.  Penyelaputan sesquioksida yang mengakibatkan horizon terlihat jelas menpunyai value warna lebih rendah, chrome  lebih tinggi atau  hue  lebih merah tanpa proses iluviasi semyawa besi  yang terlihat jelas.
Horizon C adalah horison atau lapisan, tidak termasuk batuan dasar yang lebih keras dan tersementasi kuat, yang dipengaruhi sedikit oleh proses  pedogenik, serta tidak memiliki sifat  –sifat horizon O, A, E, atau B. sebagian  terbesar merupakan lapisan-lapisan mineral. Bahan lapisan C mungkin dapat  serupa atau tidak serupa dengan gahan dari mana solum diperkirakan telah  terbentuk. Suatu horizon C mungkin saja telah mengalami perubahan,  walaupun tidak terdapat tanda-tanda adanya proses pedogenesis.
Horizon R adalah batuan dasar tersementasi kuat sampai  mengeras.granit, basaly, kuarsit, batugamping, dan batupasir adalah contoh  batuan dasra yang diberi symbol dengan huruf R. lapisan R cukup kompak  jika lembab sehingga cukup sulit di gali dengan  sekop walaupun lapisan  tersebut dapat pecah berkeping-keping
Sifat morfologi tanah adalah sifat–sifat tanah yang dapat diamati dan  dipelajari di lapang. Sebagian dari sifat morfologi tanah merupakan sifat fisik  dari tanah tersebut.
Batas–Batas Horison
Batas satu horison dengan horison lainnya dalam suatu profil tanah  dapat terlihat jelas atau baur. Pada pengamatan lapang ketajaman peralihan  horison ini dapat dibedakan beberapa tingkatan, yaitu dikatakan
a.  nyata (bila lebar peralihan kurang dari 2,5 cm),
b.  jelas (lebar peralihan 2,5 – 6,5 cm ),
c.  berangsur (lebar peralihan 6,5 – 1,25 cm) dan
d.  baur  (lebar peralihan > 12,5 cm).  Disamping topografi dari batas horison  tersebut dapat rata, berombak, tidak teratur atau terputus



            Batas horison atau lapisan dinyatakan dalam kejelasan dan bentuk peralihan (topografi batas). Berikut adalah symbol yang digunakan untuk kejelasan dan bentuk peralihan. Penjelasan :
a  (aburpt) simbol untuk peralihan sangat jelas, lebar peralihan < 2 cm.
c  (clear) simbol untuk peralihan jelas lebar peralihan 2-5 cm.
g  (gradual) simbol untuk peralihan berangsur lebar peralihan 5-12 cm.
d  (diffuse) simbol untuk peralihan baur, lebar peralihan > 12 cm
            Kedalaman atau solum, tekstur, dan struktur tanah menentukan besar kecilnya air  limpasan permukaan dan laju penjenuhan tanah oleh air. Pada tanah bersolum dalam  (>90 cm), struktur gembur, dan penutupan lahan rapat, sebagian besar air hujan  terinfiltrasi ke dalam tanah dan hanya sebagian kecil yang menjadi air limpasan  permukaan (longsor). Sebaliknya, pada tanah bersolum dangkal, struktur padat, dan penutupan lahan kurang rapat, hanya sebagian kecil air hujan yang terinfiltrasi dan  sebagian besar menjadi aliran permukaan (longsor) Pembentukan Agregat Menurut Gedroits (1955) ada dua tingkatan pembentuk agregat tanah, yaitu:
1. Kaogulasi koloid tanah (pengaruh Ca2+) kedalam agregat tanah mikro
2. Sementasi (pengikat) agregat mikro kedalam agregat makro.

Faktor-faktor dan Proses Pembentukan Tanah

1 komentar


Faktor-faktor Pembentukan Tanah
Ada bebebrapa faktor yang mendorong pelapukan juga berperan dalam pembentukan tanah. Faktor apa sajakah itu?
Curah hujan dan sinar matahari berperan penting dalam proses pelapukan fisik, kedua faktor tersebut merupakan komponen iklim. Sehingga dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor pembentuk tanah adalah iklim. Hanya kedua faktor itukah yang memengaruhi pembentukan tanah? Ada beberapa faktor lain yang memengaruhi proses pembentukan tanah, yaitu organisme, bahan induk, topografi, dan waktu. Faktor-faktor tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut.
T = f (i, o, b, t, w)
Keterangan:
T = tanah
f = faktor
i = iklim
o = organisme
b = bahan induk
t = topografi
w = waktu
a. Iklim
Unsur-unsur iklim yang memengaruhi proses pembentukan tanah terutama unsur suhu dan curah hujan.
1) Suhu/Temperatur
Suhu akan berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk. Apabila fluktuasi suhu tinggi, maka proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah juga cepat.
2) Curah Hujan
Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah, sedangkan pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah menjadi rendah).
b. Organisme (Vegetasi, Jasad Renik/Mikroorganisme)
Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah dalam hal:
1) Membantu proses pelapukan baik pelapukan organik maupun pelapukan kimiawi. Pelapukan organik adalah pelapukan yang dilakukan oleh makhluk hidup (hewan dan tumbuhan), sedangkan pelapukan kimiawi terjadi oleh proses kimia seperti batu kapur yang larut oleh air.
2) Membantu proses pembentukan humus. Tumbuhan akan menghasilkan dan menyisakan daun-daunan dan ranting-ranting yang menumpuk di permukaan tanah. Daun dan ranting itu akan membusuk dengan bantuan jasad renik/mikroorganisme yang ada di dalam tanah.
3) Pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat-sifat tanah sangat nyata terjadi di daerah beriklim sedang seperti di Eropa dan Amerika. Vegetasi hutan dapat membentuk tanah hutan dengan warna merah, sedangkan vegetasi rumput membentuk tanah berwarna hitam karena banyak kandungan bahan organik yang berasal dari akar-akar dan sisa-sisa rumput.
4) Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah. Contoh, jenis tanaman cemara akan memberi unsur-unsur kimia seperti Ca, Mg, dan K yang relatif rendah, akibatnya tanah di bawah pohon cemara, derajat keasamannya lebih tinggi daripada tanah di bawah pohon jati.
c. Bahan Induk
Bahan induk terdiri atas batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen (endapan), dan batuan metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan induk, kemudian akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah.
Tanah yang terdapat di permukaan Bumi sebagian memperlihatkan sifat (terutama sifat kimia) yang sama dengan bahan induknya. Bahan induk terkadang masih terlihat pada tanah baru, misalnya tanah bertekstur pasir berasal dari bahan induk yang kandungan pasirnya tinggi. Susunan kimia dan mineral bahan induk akan memengaruhi intensitas tingkat pelapukan dan vegetasi di atasnya. Bahan induk yang banyak mengandung unsur Ca akan membentuk tanah dengan kadar ion Ca yang banyak pula, akibatnya pencucian asam silikat dapat dihindari dan sebagian lagi dapat membentuk tanah yang berwarna kelabu. Sebaliknya bahan induk yang kurang kandungan kapurnya membentuk tanah yang warnanya lebih merah.
d. Topografi/Relief
Keadaan relief suatu daerah akan memengaruhi:
1) Tebal atau Tipisnya Lapisan Tanah


Sumber: www.geocities.ip Gambar 6.79 Tanah di pegunungan vulkan.

Sumber: www.asia.geocities.com Gambar 6.80 Tanah di daerah pantai

Sumber: Pengenalan Bentang Alam, halaman 130
Gambar 6.81 Tanah pada pegunungan kapur.
Daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit, lapisan tanahnya lebih tipis karena tererosi, sedangkan daerah yang datar lapisan tanahnya tebal karena terjadi sedimentasi.
2) Sistem Drainase/Pengaliran
Daerah yang drainasenya jelek seperti sering tergenang menyebabkan tanahnya menjadi asam.
e. Waktu
Tanah merupakan benda alam yang terus-menerus berubah, akibat pelapukan dan pencucian yang terus-menerus. Oleh karena itu, tanah akan menjadi semakin tua. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan, sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua.
Tanah muda ditandai oleh masih tampaknya pencampuran antara bahan organik dan bahan mineral atau masih tampaknya struktur bahan induknya. Contoh tanah muda adalah tanah aluvial, regosol, dan litosol. Tanah dewasa ditandai oleh proses yang lebih lanjut sehingga tanah muda dapat berubah menjadi tanah dewasa, yaitu dengan proses pembentukan horizon B. Contoh tanah dewasa adalah andosol, latosol, dan grumusol. Tanah tua proses pembentukan tanah berlangsung lebih lanjut sehingga terjadi proses perubahan-perubahan yang nyata pada perlapisan tanah. Contoh tanah pada tingkat tua adalah jenis tanah podsolik dan latosol tua (laterit).
Lamanya waktu yang diperlukan untuk pembentukan tanah berbeda-beda. Bahan induk vulkanik yang lepas-lepas seperti abu vulkanik memerlukan waktu 100 tahun untuk membentuk tanah muda dan 1.000–10.000 tahun untuk membentuk tanah dewasa. Dengan melihat perbedaan sifat faktor-faktor pembentuk tanah tersebut, pada suatu tempat tentunya akan menghasilkan ciri dan jenis tanah yang berbeda-beda pula. Sifat dan jenis tanah sangat tergantung pada sifat-sifat faktor pembentukan tanah. Kepulauan Indonesia mempunyai berbagai tipe kondisi alam yang menyebabkan adanya perbedaan sifat dan jenis tanah di berbagai wilayah, akibatnya tingkat kesuburan tanah di Indonesia juga berbeda-beda.


 Proses Pembentukan Tanah

Proses pembentukan tanah diawali dari pelapukan batuan, baik pelapukan fisik maupun pelapukan kimia. Dari proses pelapukan ini, batuan akan menjadi lunak dan berubah komposisinya. Pada tahap ini batuan yang lapuk belum dikatakan sebagai tanah, tetapi sebagai bahan tanah (regolith) karena masih menunjukkan struktur batuan induk. Proses pelapukan terus berlangsung hingga akhirnya bahan induk tanah berubah menjadi tanah. Nah, proses pelapukan ini menjadi awal terbentuknya tanah.
Pembentukan tanah di bagi menjadi empat tahap
1.     Batuan yang tersingkap ke permukaan bumi akan berinteraksi secara langsung dengan atmsosfer dan hidrosfer. Pada tahap ini lingkungan memberi pengaruh terhadap kondisi fisik. Berinteraksinya batuan dengan atmosfer dan hidrosfer memicu terjadinya pelapukan kimiawi.
2.     Setelah mengalami pelapukan, bagian batuan yang lapuk akan menjadi lunak. Lalu air masuk ke dalam batuan sehingga terjadi pelapukan lebih mendalam. Pada tahap ini di lapisan permukaan batuan telah ditumbuhi calon makhluk hidup.
3.     Pada tahap ke tiga ini batuan mulai ditumbuhi tumbuhan perintis. Akar tumbuhan tersebut membentuk rekahan di lapisan batuan yang ditumbuhinya. Di sini terjadilah pelapukan biologis.
4.     Di tahap yang terakhir tanah menjadi subur dan ditumbuhi tanaman yang ralatif besar.

Pembentukan tanah dipengaruhi oleh factor-faktor  :
bahan induk (parent material); iklim (climate), organisme (organism)’; topografi (Relief); waktu (time).
s = f ( cl, o, r, p, t, ….)
 
  












Kelima faktor tersebut bekerja dan saling mempengaruhi sehingga membentuk suatu batuan menjadi massa tanah. Proses pembentukan tanah tersebut secara garis besar meliputi :

1.      Pelapukan (wheathering)
Pelapukan : berubahnya bahan penyusun tanah dari bahan penyusun batuan. Proses pelapukan mengandung arti ”geologi dan destruktif”. 
Proses yang termasuk dalam pelapukan antara lain : proses hancurnya batuan secara fisik, proses berubahnya felspar menjadi lempung secara kimia.


2.      Perkembangan tanah  (Soil Development)
Perkembangan tanah : terbentuknya lapisan tanah menjadi ciri, sifat dan kemampuan khas bagi masing-masing jenis tanah. Perkembangan tanah mengandung arti ”pedologis dan creatif”
Proses yang termasuk dalam perkembangan tanah antara lain : pembentukan horizon tanah, latosolisasi, podzolisasi.

Proses pembentukan tanah merupakan proses yang dinamis dimana selama pembentukan tanah terjadi maka akan mengalami penambahan (additions), kehilangan (losses), perubahan bentuk (transformation), pemindahan lokasi (translocation).

Additions : penambahan air (hujan, irigasi), nitrogen dari bakteri pengikat N, energi dari sinar matahari, dsb. Losses : dihasilkan dari kemikalia yang larut dalam air, adanya erosi, pemanenan atau penggembalaan, denitrifikasi, dll.

Transformation : terjadi karena banyak reaksi kimia dan biologi pada proses dekomposisi bahan organik, pembentukan material tidak larut dari material yang larut.
Translocation : terjadi karena adanya gerakan air maupun organisme didalam tanah misalnya clay beregrak ke lapisan yang lebih dalam atau gerakan garam terlarut ke permukaan krn evaporasi.





Pelapukan dalam pembentukan tanah meliputi dua proses yaitu pelapukan fisik dan pelapukan kimia.

1. Pelapukan fisik (disintegrasi) :
a.       Pembekuan dan pencairan : air yang membek  mampu memecah batuan atau mineral. Air yang membeku mempunyai kekuatan tekanan 146 kg/cm2
b.      Friksi antar batuan yang bergerak yang disebabkan oleh air, angin, es, gravitasim dsb
c.       Organisme : perkembangan perakaran mampu memecahkan batuan. Manusia mempercepat pelapukan dengan pengolahan tanah, pembajakan, penambangan, dll.




2. Pelapukan Kimia

Pelapukan kimia menyebabkan mineral terlarut dan mengubah sturkturnya sehingga mudah terfragmentasi. Perubahan daya larut (solubility)  disebabkan oleh solution (oleh air), hidrolisis, karbonasi, dan oksidasi-reduksi.

Solution : terlarutnya bahan padat ke cairan menjadi ion yang dapat larut yang dikellilingi oleh molekul cairan (air). Contoh :

NaCl                  +   H2O                     ®        Na+, Cl-, H2O
 (Garam mudah larut)         air                         (ion terlarut,dikelilingi air)


Hidrolisis : reaksi suatu substansi dengan air yang membentuk hidroksida dan substansi baru lain yang lebih mudah terlarut dari substansi asalnya. Hidrolisis merupakan salah satu reaksi pelapukan yang terpenting yang menyebabkan perubahan profil tanah.
Contoh :

KAlSi3O8    +              HOH               ®     HAlSi3O8     +     KOH
(ortoclase, sangat                                            (clay silikat)   (sgt mudah terlarut)
lambat keterlarutannya)

Karbonasi : reaksi senyawa dengan asam karbonat (asam karbonat merupakan asam lemah yang diproduksi dari gas CO2 yang terlarut dalam air). Contoh :

CO2 + H2O      ®   H2CO3  ® H+   + HCO3-
CaCO3               +      H+     + HCO3-       ®      Ca (HCO3)2
(kalsit,sedikit larut)                                                    mudah larut

Hidrolisis dan karbonasi merupakan proses pelapukan kimia yang paling efektif dan juga dalam pembentukan tanah.

Reduksi : proses kimia dimana muatan negatif naik, sedang muatan positif turun. Misal CaSO4 (keras) dilarutkan dalam air menjadi CaSO4.2H2O (lebih lunak).

Oksidasi : kehilangan elektron atau penggabungan senyawa dengan oksigen. Mineral yang teroksidasi meningkat volumenya karena penambahan oksigen dan umumnya lebih lunak. Perubahan bilangan oksidasi juga menyebabkan ketidakseimbangan muatan listrik sehingga lebih mudah “terserang” air dan asam karbonat. Oksidasi dan reduksi merupakan proses yang selalu bersama. Contoh :

         4FeO                    +    O2              «       2Fe2O3
[ferro oksida, Fe(II)]                              [ferri oksida,Fe (III)]

Besi dalam mineral primer dapat bereaksi dengan oksigen yang menyebabkan bertambahnya ukuran mineral sehingga mineral tsb dapat pecah. Pertambahan ukuran didukung oleh proses hidrasi, dimana molekul besi oksida dikelilingi oleh oksigen. Total volume mineral menjadi sangat tinggi akan tetapi ikatannya lemah shg mudah terlapukkan.

Hidrasi : Absorbsi senyawa oleh air karena terlepasnya ikatan-ikatan pada tepi permukaan mineral sehingga tersedia H+ di sekitar permukaan mineral.
Hidrasi menyebabkan perubahan struktur mineral, meningkatkan volumenya, kemudian menyebabkan mineral lebih lunak dan mudah terdekomposisi.
Contoh :
2Fe2O3   +   3H2O       ®    2Fe2O3.3H2O
hematit                                                limonit


 
animasi blog
Cute Rocking Baby Monkey